Jenis-Jenis Penutup Kepala yang Dikenal Suku Biak
![]() |
Tampak salah satu wanita Doreri, Manokwari dalam foto memakai Rosaswoi, sekitar tahun 1900-1903. |
HISTORI TOPI
Penggunaan penutup kepala memiliki sejarah panjang di dunia bahkan sudah ada di masa prasejarah. Ada banyak teori yang berkembang bahwa di Mesir, Yunani Kuno, China Kuno disebut-sebut sebagai awal berkembangnya mode feshion topi. Namun, tidak diketahui pasti kapan topi ini mulai muncul pertama kali. Salah satu mode feshion yang banyak digemari orang-orang adalah topi atau penutup kepala. Era dinasti China "topi merupakan bagian terpenting sebagai penutup kepala dalam berbusana. Dengan memakai topi dapat menunjukan strata sosial pemakai". Tulis Geraldus Sugens, dalam Sejarah Peradaban & Busana China Kuno (2022). Orang China mengenal istilah topi atau penutup kepala yaitu Guan, Jin, dan Putou. Topi guan telah digunakan hingga era dinasti Tang dan Song. Guan menjadi ciri khas sebagai topi untuk para pejabat berstatus bangsawan.
Istilah nama "Topi" merupakan serapan dari bahasa Sanskerta टोपी (ṭopī). Topi kemudian di pakai luas di Indonesia di masa lalu hingga masa kini. Di zaman modern ini banyak sekali model topi dengan beragam warna, merek, ukuran, kualitas, bahan, dan harga yang mahal hingga murah pada sebuah topi. Topi adalah salah satu aksesoris pelindung atau penutup kepala yang telah dikenal manusia sejak ribuan tahun yang lalu dan terus mengalami perkembangan mode. Penutup kepala di masa lalu dan masa kini memiliki banyak fungsi misalnya sebagai pelindung dari benturan, dari hujan, panas, sebagai dekorasi, agama, budaya maupun fungsi lainnya.
Masyarakat yang mendiami pulau New Guinea punya tradisi budaya yang berkembang berabad-abad lamanya. Kemampuan orang Papua dalam hal mode dapat dilihat dari tradisi-tradisi yang terekam dalam sebutan-sebutan lokal bahasa setiap suku. Nama-nama lokal dalam menyebut suatu benda perlu ditelusuri karena berkaitan dengan teknologi, peradaban, kontak dagang, bahkan hubungan-hubungan orang Papua dengan dunia luar.
PENUTUP KEPALA ORANG PAPUA
Ketika bangsa-bangsa di luar sana berupaya menciptakan berbagai alat pelindung kepala. Orang Papua sudah memiliki model-model penutup kepala yang terdiri dari beberapa bentuk. Topi tradisional hasil buatan mereka memiliki fungsi utama sebagia pelindung dari teriknya sinar matahari dan hujan. Salah satu suku yang mengenal beberapa jenis topi adalah suku Biak yang akan kita bahas pada tulisan kali ini.
Penelusuran dokumen maupun informasi lisan untuk menggali sejauh mana suku bangsa Biak mengenal topi tradisional, telah penulis lakukan untuk mencari tahu jenis-jenis topi yang dikenal suku Biak di zaman dulu. Dari hasil riset Penulis menemukan beberapa catatan penting dari beberapa penulis Belanda yang memberikan informasi menyangkut topi tradisional.
Orang Biak mengenal beberapa jenis penutup kepala yang berfungsi untuk melindungi kepala dari hujan maupun terik sinar matahari. Penutup kepala ini dikenal dengan sebutan nama-nama dalam bahasa Biak. Topi atau alat pelindung kepala yang dikenal oleh orang Biak sejak zaman dulu beragam. Sewaktu terjadi kontak budaya atau kontak perdagangan dengan suku-suku dari luar tanah Papua, membuat suku Biak mengenal jenis-jenis lain dari topi.
Pembuatan penutup kepala atau topi pada zaman dulu menggunakan bahan-bahan alam dari sejenis pohon-pohon tertentu yang dianyam menjadi alat pelindung. Misalnya, di masa lampau orang Biak menggunakan sejenis kulit pohon seperti Warmas Kif, Anfan Kif dan jenis-jenis kulit pohon lainnya.
JENIS PENUTUP KEPALA YANG DIKENAL SUKU BIAK DI MASA LAMPAU
SASWO (KOKOYA) atau Yar Rosaswoi merupkan salah satu jenis penutup kepala yang digunakan oleh suku-suku di tanah Papua. Pembuatan jenis penutup kepala ini menggunakan daun pandan (sejenis pandanus). Rosaswo sangat populer di kalangan orang Papua di zaman dulu. Dan di masa kini masih ada suku-suku yang membuatnya. Setiap suku memiliki penyebutan sendiri-sendiri. Misalnya, Suku Maybrat, Suku Moi, Suku Hatam menyebutnya "Koba-Koba", orang Waropen (Saireri), orang Matbat (Raja Ampat), menyebutnya "Kokoya", Suku Mee menyebutnya "Meba", orang Asmat menyebutnya "Tapin", Suku Kamoro (Mimika) menyebutnya "Tapiri" yang fungsinya serba guna bisa sebagai payung yang melindungi kepala pada saat hujan, saat panas terik bahkan untuk tikar tidur.
Seperti tampak pada potret tahun 1900-an di atas tampak seorang wanita dari Doreri Manokwari memakai Rosaswo menutupi kepalanya. Apakah penutup kepala saswo ini digunakan dalam upacara-upacara tradisi orang Papua selain sebagai pelindung hujan, panas, sebagai tempat alas tidur saja? Sejauh ini Penulis belum meneliti sampai bagian ini. Tapi, penggunaan rosaswo ini sudah sangat lama dalam kehidupan masyarakat Papua di masa lampau.
KAFAYAN: Kafayan merupakan sejenis topi yang ditenun dari dedaunan. Nama Kafayan kemungkinan merupakan bahasa serapan dari bahasa Tidore (J. L. Van Hasselt, 1893:16). Orang Biak menyerap kosa kata ini kedalam bahasa Biak. Orang Windesi mengenal bentuk topi ini dengan nama Kofia. Dalam bahasa Melayu disebut Songkok. Bentuk topi ini segi empat dan berbentuk lonjong pipih. Orang Cina menyebutnya Sòng Gǔ Mào (宋谷帽) dalam bahasa Mandarin disebut peci.
SARAWI (SRAU/SAROUW): Sarawi atau srau merupakan topi berbentuk bulat runcing atau berbentuk kerucut (topi daun pohon). Istilah Sarawi ini juga digunakan oleh orang Windesi Wandamen. Jadi, baik bahasa Biak dan bahasa Windesi menggunakan istilah penamaan yang sama. Catatan mengenai "Saraou" dicatat oleh naturalis Perancis dalam Kamus Perancis-Biak (Vocabulaire de La Langue Des Papous du Port-Dorei, Nouvelle-Guinee)" tahun 1833. Belakangan dicatat juga oleh J. L. dan F. J. F. Van Hasselt.
KARANDAM: Karandam juga merupakan istilah bahasa Biak yang digunakan untuk menyet jenis topi. Tidak diketahui pasti bagaimana bentuk topi ini. Tapi, kemungkinan ini sebutan lain untuk menyebut topi jenis kafayan.
TORU: Toru merupakan sebutan orang Biak Numfor untuk menyebut topi Cina (Tiongkok) yang juga berbentuk kerucut yang mirip Sarow. Catatan mengenai "Torou" dicatat oleh naturalis Perancis Joseph P. Gaimard (1793-1858) dalam Kamus Perancis-Biak (Vocabulaire de La Langue Des Papous du Port-Dorei, Nouvelle-Guinee)" tahun 1833 yaitu "Torou" dalam bahasa Biak dialek Doreri dan "Hapeau chinois" dalam bahasa Perancis.
KAPEO: Orang Biak juga memakai istilah Kapeo (Capeo). Dalam penelusuran penulis bahwa kata ini mirip dengan bahasa Perancis yaitu kata "chapeau". Kemungkinan kata ini didengar oleh masyarakat Doreri ketika kunjungan penjelajah Perancis, Dumont d'Urville pada 1827.
TOPI: Istilah topi ini merupakan bahasa serapan yang juga diserap orang Biak. Dalam kamus Bahasa Belanda Biak (1947), istilah topi ini dimasukan juga dalam kosa kata bahasa Biak. Tidak jelas, kapan kata ini mulai digunakan oleh kalangan orang Biak.
Merujuk pada tinggalan-tinggalan catatan bahasa Belanda dan Perancis, nama-nama topi dalam bahasa Biak di atas telah dicatat dan didokumentasikan oleh para penjelajah dan para misionaris di tanah Papua masa lalu. Sayangnya, pembuatan topi jaman dulu sudah jarang terlihat lagi pembuatannya.
Posting Komentar untuk "Jenis-Jenis Penutup Kepala yang Dikenal Suku Biak"