Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Konstruksi Wai Jonson Perahu Tradisional Suku Biak

Potret Wai Jonson di pulau Biak, sekitar 1950-1960



SEJARAH WAI JONSON

WAI JONSON adalah sebuah nama yang digunakan untuk menyebut salah satu jenis perahu yang dikenal oleh suku Biak dan Suku Kurudu. Masyarakat Biak Numfor menggunakan perahu ini untuk bepergian ke berbagai wilayah-wilayah di pesisir tanah Papua untuk melakukan barter dengan masyarakat pesisir pantai lainnya pada abad ke-20. Memasuki abad ke-21, masih dapat dilihat penggunaan Wai Jonson untuk mengarungi lautan antara masyarakat teluk Cenderawasih masih kerap terjadi. 

Perahu jenis ini merupakan perkembangan dari perahu tradisional suku Biak di masa lampau. Berbeda dengan perahu jenis tradisional lainnya, Wai Jonson digerakan atau dijalankan menggunakan motor tempel atau mesin penggerak. Dan, inilah salah satu keunikan dari perahu Jonson. Dalam tradisi "ararem" (mas kawin), wai jonson digunakan sebagai mas kawin yang diberikan oleh pihak atau keret laki-laki kepada keret perempuan. Biasanya, mereka yang meminta perahu sebagai mas kawin adalah masyarakat yang mata pencariannya nelayan atau mereka yang hidup di pulau-pulau. Misalnya, masyarakat kepulauan Padaido, dan masyarakat di kepulauan Biak Numfor. 

Salah satu lagu di tahun  90-an, berbunyi, "Piring gantung, motor jonson, tambah lagi doser satu". Ungkapan lagu ini menunjukan bahwa motor jonson merupakan hal yang dianggap penting dalam budaya ararem (mas kawin) suku Biak.  

Jika melihat sejarah perkembangan teknologi tradisional perahu, Wai Jonson sebenarnya merupakan prototype dari jenis perahu tradisional Karanda atau Karures. Sistem konstruksi pada Wai Jonson masih mengadopsi sistem konstruksi dari bentuk-bentuk perahu tradisional seperti Wairon dan Wai Mansusu yakni sistem cadik. Bagian-bagian unit pada Wai Jonson terdiri dari waibaken, kambafen arsen, wonggor, patref, fakok, dan lain-lain. Ukuran panjang Wai Jonson mulai dari 5 hingga 20 meter. Dan luasnya satu meter lebih. 

MUASAL NAMA "WAI JONSON"

Asal muasal nama Wai Jonson terdiri dari dua suku kata yaitu Wai dan Jonson. Nama "wai" merupakan bahasa Biak yang aritnya perahu. Sedangkan Johnson adalah nama merek mesin motor tempel dari perusahaan Amerika bernama Johnson Btrothers Motor Company dengan perancangan mesin pertamanya pada 1903 oleh empat bersaudara yakni Julius, Louis, Harry dan Clarence. Sejak 1903 hingga tahun 1912, mereka telah membuat beberapa produksi mereka, dan mesin Johnson produksi ke empat bersaudara ini bahkan mencetak rekor dengan kecepatan tak terkalahkan di masa itu.  Hingga di tahun 1921, Johnson Btrothers Motor Company memproduksi lebih dari 17.000 unit. Tampaknya, motor tempel Johnson mulai dikenal di Papua pada masa perang dunia ke-2 oleh tentara Amerika, ketika tentara sekutu Amerika di Papua. Pengenalan teknologi mesin ini kemudian, digunakan oleh masyarakat Papua dalam perahu tradisional mereka.  


Wai Jonson di Taluk Pasar Bosnik

Nama Johnson yang begitu dikenal kemudian dipakai sebagai metonimia yaitu penggunaan nama pengganti suatu benda, ciri khas, atribut, merek barang oleh penuturnya. Pada era 1940-1960an, motor tempel bermerek "Johnson" banyak digunakan di Papua khususnya wilayah pesisir sehingga kalangan orang Biak lebih mengenalnya dan menggunakan merek motor tempel ini sebagai nama pengganti untuk menyebut model atau konstruksi perahu tersebut beserta mesin penggeraknya. Dan, meskipun menggunakan motor tempel bermerek lain tetap disebut sebagai perahu motor jonson. 

Johnson Evinrude, Penta, Enduro, Turbo, Suzuki, Yamaha hingga mereka lainnya telah dikenal oleh masyarakat Papua. Di masa kini, motor tempel dengan merek Yamaha paling banyak digunakan oleh masyarakat Papua. Yamaha merupakan perusahaan dari Jepang yang banyak mengeluarkan berbagai teknologi motor laut mulai 5-40 PK. 

Proses pembuatan perahu Jonson atau Wai Jonson, memerlukan keterampilan khusus, dan tentu membutuhkan banyak pelatihan. Wai Jonson tidaklah serumit perahu tradisional Wairon sehingga lebih cepat dibuat dan efisien digunakan apalagi didorong oleh tenaga mesin. Selain suku Biak, orang kurudu atau suku Kurudu di pulau Kurudu, kabupaten kepulauan Yapen juga menyebut nama "Wa Jonson". Sehingga istilah Wai Jonson ini lebih dikenal oleh masyarakat Biak Numfor dan masyarakat Kurudu. Belakangan istilah ini mulai luas di pakai pada masyarakat Saireri (teluk cenderawasih).

Sejak masuknya perahu Fiber (Fiberglas) di tanah Papua, banyak nelayan mulai melirik perahu ini. Dan, masyarakat di kepulauan Biak Numfor lebih banyak mulai menggunakan perahu Fiber. Dampaknya, adalah Wai Jonson mengalami kemerosotan, produksi-produksi perahu Jonson, mulai ditinggalkan secara bertahap. Lautan yang tadinya dipenuhui Wai Jonson, kini berubah menjadi lautan perahu Fiber. Perubahan begitu cepat terjadi, dan suatu saat Wai Jonson akan mengalami hal yang sama seperti perahu tradisional lainnya. Maka, artikel singkat ini bukan saja sebagai informasi tertulis belaka, namun mengajak semua kaum muda untuk mempelajari berbagai keterampilan yang telah dipelajari sejak oleh para leluhur yaitu dengan terus melestarikan budaya bahari suku Biak. Mempelajari keterampilan dalam membuat perahu, merupakan keterampilan yang bisa membantu perekonomian seseorang. Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari ilmu pengetahuan orang tua dulu, salah satunya keterampilan membuat perahu. Meski zaman telah berganti namun, pengetahuan tentang budaya jangan sampai hilang.  

Catatan: Suku Biak sejak lama telah mengenal beberapa jenis perahu dalam bahasa Biak misalnya, Wairon (Tababeri), Jawara, Mansusu, Karures, Karanda, Wai Meri, Wai Donso, Wai Jonson, Waibok, Kambafen, dan jenis-jenis perahu lainnya. Selain suku Biak, masyarakat bahari dari teluk Cenderawasih seperti suku-suku pesisir di Wandamen-Wasior, Waropen, dan kepulauan Yapen juga memiliki beragam bentuk perahu yang khas. Untuk perahu jenis Jonson ini hampir dikenal oleh semua masyarakat pesisir Biak Numfor, Yapen-Waropen, hingga teluk Wondama. 

Posting Komentar untuk "Konstruksi Wai Jonson Perahu Tradisional Suku Biak"