ARUKEN (Diodon hystrix)
Kita akan membahas salah satu jenis ikan yang sangat populer di dunia karena bentuknya yang unik. Dan hampir di seantero dunia, banyak orang mengenal ikan tersebut sebab ikan dibuat dalam di film animasi, dan beberapa serial TV, buku, majalah yang banyak memuat ikan tersebut. Orang Papua yang berasal dari kepulauan Biak Numfor, mengenal betul ikan tersebut. Dalam bahasa Biak ikan buntal atau fugu disebut Aruken. Dialek lain menyebutnya Taruken. Bahasa Melayu Papua, orang menyebutnya Ikan Porobibi, sedangkan dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Ikan Buntal.
Ada beberapa jenis ikan buntal yang hidup di laut. Setidaknya orang Biak mengenal dua jenis ikan buntal yaitu "Aruken" dan "Kusdewan". Secara morfologi Aruken dan Kusdewan memiliki ciri-ciri yang berbeda meski keduanya berada pada keluarga yang sama. Penamaan orang Biak sehubungan dengan Aruken mengandung beberapa pengertian dalam pemahaman orang Biak. Ada yang menyebut bahwa ikan ini kuat secara fisik sehingga ikan ini mampu membela diri melawat berbagai ancaman di laut. Dan dalam filosofi orang Biak ikan ini disebut Aruken karena sifatnya yang suka darakduken. Aruken memiliki daging yang lesat, sehingga pada masyarakat Biak Numfor ikan ini biasanya direbus dan dibakar.
Bagi orang Biak, ikan Aruken sangat fenomenal dalam kebudayaan dan tradisi suku Biak. Dalam kisah-kisah cerita rakyat, Aruken digambarkan memiliki sifat-sifat atau tabiat buruk seperti manusia seperti sifat rakus, mementikang diri dan suka berbohong. Dalam cerita fabel rakyat Biak Numfor, aruken berbohong hanya untuk memenuhi hasrat jasmaninya tanpa melihat kepentingan makluk lain.
KISAH FABEL ARUKEN DAN MANGGAMBRAS
Konon, suatu hari ikan Aruken dan Manggambras berdayung perahu di laut. Cuaca di hari itu sangat panas, sehingga keduanya memutuskan untuk mengambil buah kelapa di pesisir pantai agar ketika haus mereka bisa meminumnya. Keduanya mendayung ke daratan, setelah keduanya tiba di pantai, mereka berdua menarik perahu dan segera mencari pohon kelapa, akhirnya keduanya berada di bawah pohon kelapa yang tinggi. Di sini terjadi sebuah pertengkaran kecil yaitu siapa yang akan memanjat pohon kelapa tersebut.
Setelah pertengkaran tersebut, akhirnya Manggambras-lah yang akan memanjat pohon kelapa. Ia pun menaiki pohon kelapa yang tinggi itu, Manggambras menurunkan banyak buah kelapa, Aruken yang stay di bawah pohon kelapa hanya bisa tersenyum melihat banyak buah kelapa yang jatuh. Ia pun bergerak cepat mengambil buah kelapa dan parahnya lagi, ia langsung memakan kelapanya sampai habis. Setelah merasa cukup, Manggambras pun turun dari pohon kelapa dengan harapan pasti keduanya akan menikmati banyak buah kelapa.
Ketika melihat ternyata Aruken hanya membagi dua kelapa, yang satunya untuk dia dan yang satunya lagi untuk Manggambras. Manggambras heran bisa-bisanya hanya dua kelapa padahal tadi yang ia turunkan sangat banyak. "Aruken, kenapa kelapanya cuma dua, padahal yang tadi saya turunkan sangat banyak". Tanya Manggambras dengan heran dan merasa aneh. "Oh tadi itu, ada rombongan yang lewat di sini, jadi saya jual ke mereka dan tersisa dua". Jawab Aruken dengan begitu meyakinkan. Manggambras hanya bisa terdiam dan menerima semua kenyataan itu.
Setelah menyantap buah kelapa, keduanya pun berdayung ke laut lagi. Kejadian tak terduga pun menimpa keduanya. Tiba-tiba najung perahu terlepas dari seman perahu (cadik perahu). Manggambras pun menyuruh Aruken untuk memasang atau memaku fakok (paku pin kayu) ketika Aruken hendak memakunya ia pun tergelincir dan jatuh tepat di atas fakok dan membocorkan perutnya. Dan, ternyata buah kelapa yang banyak tadi ia makan itu akhirnya keluar semua dan terapung. Akhirnya, ketahuan dan terbongkar sudah kebohongan dari Aruken. Manggambras tertawa terbahak-bahak sampai matanya terbalik ke bagian belakangan kepalanya. Sehingga Ikan Aruken ini menjadi gambaran sifat manusia yang suka mementingkan diri, suka menipu dan tidak memikirkan kepentingan orang lain. Kisah ini mengajarkan kita untuk tidak bersikap seperti Aruken.
Jadi, pada artikel ini kita sudah belajar bahwa orang Biak menyebut ikan ini dalam bahasa Biak: Aruken (Taruken). Dalam Bahasa Indonesia/Melayu disebut Ikan Buntal. Dalam bahasa Inggris disebut Puffer Fish (Diodon hystrix/ Diodon histrix Linnaeus, 1758). Bagi masyarakat Papua khususnya suku Biak harus mempelajari nama-nama ikan dalam bahasa Biak agar generasi masa kini khususnya kaum muda bisa mengetahui dalam bahasa daerah mereka sendiri. Dan, mereka juga bisa mempertahankan bahasa Biak sehingga kedepannya tidak punah. Salah satu tujuan dari situs iktiologipapua.com adalah mencatat dan mendata berbagai bahasa daerah khusus nama-nama ikan dalam bahasa Biak. Sehingga informasi mengenai aruken ini akan terus digali dan ditelusuri manfaat-manfaat apalagi yang terdapat dalam ikan aruken. Kasumasa!
Posting Komentar untuk "Aruken Nama Ikan dalam Bahasa Biak"