Bocah kecil itu berlari ke arah Roni, memeluknya, dan meminta Roni menggendongnya. Roni yang ketika itu masih dalam kebingungan hanya bisa pasrah mengikuti semua keinginan bocah polos tersebut. “Papa beli Mama pu donat kah?” desak sang bocah sembari menarik jaket Roni. Keduanya pun berjalan menuju wanita penjual donat gula. “Ade pu nama siapa”, tanya Roni. ”Sapu nama Roni, Mama yang kasih nama saya, katanya untuk pake ingat depu pacar dulu yang ke Timika trus tidak ada kabar sampe skarang”. Jawab si Roni kecil dengan polos tanpa mengetahui bahwa sosok yang dimaksud adalah Roni besar yang kini sedang berdiri didekatnya.
“Baru Roni kopu Mama nama siapa?” tanya Roni besar. “Sapu Mama nama Aneta, sapu Mama de paling baik, de cantik, de setia dan de tidak sombong. Mama bilang sapu Bapa itu ada kerja di Timika de nama Roni juga. Makanya, sa lihat di Bapa punya jeket prifot itu ada nama Roni, jadi sa panggil ko Bapa”. Jawab Roni kecil dengan menjelaskan secara detail sembari memegang erat tangan kanan Roni besar. Roni besar hanya bisa terdiam dan menahan rasa yang dalam seraya berjalan bersama sang bocah kecil itu.
Roni masih terus bertanya-tanya dalam hatinya, apakah Roni kecil adalah anak kandungnya? Keduanya pun terus berjalan hingga terhenti tepat depan meja jualan donat, disamping pangkalan Ojek Manggenem. “Mama pu donat ada ini, Papa beli sudah, donat semua ada 50 biji, donat satu harga 500 rupiah. Jadi, kalo Papa beli semua Mama bisa dapat 25.000 ribu. Mama bilang tong dua jualan donat pake beli sapu pakaian seragam SD, karena sa su mo sekolah tahun depan”. Ungkap Roni dengan terus terang dan mendesak Roni besar untuk memborong semua jualan Mamanya. Ibunda Roni, kebetulan sementara di dalam toilet umum, lagi buang air kecil. Roni yang berumur lima tahun itu rupanya sangat pandai berhitung dan membaca. Ini semua adalah hasil didikan ibunya, Aneta.
Tiba-tiba muncul sang wanita, ibunda Roni, suasana begitu haru, hening ketika melihat sosok Roni yang tengah berada di depannya. Keduanya pun saling menatap dengan penuh emosional, batin bergejolak, wajah keduanya mulai memerah, memaksa keduanya untuk saling berbicara dan melepas rindu. Donat-donat mulai saling berterbangan ke kiri ke kanan ke atas ke bawah, seakan ingin membiarkan keduanya sendiri melepas rasa dan rindu yang lama terpendam itu.
“Roni sa tunggu ko selama bertahun-tahun, ko tidak ada kabar, sama sekali tidak ada kabar! Ko kira sa ini bola kah jadi ko bikin sapu perut bola baru ko pergi dengan sukses! Roni sa sakit, sa benar-benar sakit! Selama bertahun-tahun sa simpan sakit hati ini sendiri, sa ingin mati saja, tapi dalam sapu renungan hati ko akan kembali di saat sakit hati ini berkurang! Dan anak ini yang bikin sa kuat bertahan, hadapi semua kenyataan pahit ini”. Ungkap Aneta dengan penuh sesak di dada dan air mata.
SebaliknyaRoni hanya bisa diam, ia mulai menangis sejadi-jadinya, berteriak, merasa sangat bersalah dan memohon ampun di hadapan Aneta. “Aneta sayang e, sa minta maaf sudah bikin ko sakit hati, ko bunuh sa mati sudah, sa sudah salah, sa mengaku salah. Tapi, kalo masih ada rasa sayang..tolong ko kasih sa kesempatan satu lagi. Karena sa turun ke Biak ini bukan untuk siapa-siapa tapi untuk datang kesini cari ko.” Balas Roni dengan penuh tangis dan penyesalan. Keduanya saling memeluk erat-erat bagaikan drama cinta film India.
Tangisan yang begitu sedih memicu emosi batin para tukang ojek yang sedang menyaksikan kejadian tersebut. Para tukang ojek yang terdiri dari para pemuda hingga para pria yang sudah berumur semuanya ikut menangis tersedu-sedu. Air mata mereka kalau semuanya ditampung bisa satu drum penuh. Ada yang tumbuk tiang listrik, ada yang toki-toki jok motor sampai ada yang naik di pohon kelapa karena saking sedih melihat apa yang terjadi antara hubungan percintaan Aneta dan Roni. Kejadian itu, begitu langka sayangnya pada masa itu belum ada FB Pro yang bisa menayangkan syaran langsung. Padahal pasti jam tayangnya tinggi dan viral seketika.
Tiba-tiba suasananya hening tak ada lalat maupun nyamuk yang lewat. Mereka semua dihantui rasa lapar yang menggerogoti lambung mereka. Roni kecil yang melihat situasi tersebut pun mengambil inisiatif untuk membagi-bagikan donat buatan ibunya kepada Ayahnya, Roni dan para tukang ojek yang lapar karena banyak menangis. “Papa, Om kam makan donat ini dulu biar kenyang baru lanjut menangis lagi!” Ucap Roni kecil dengan wajah polosnya, sembari membagi-bagikan donat untuk mengganjal perut mereka yang lagi kosong dan galau.
Ketiganya pulang bersama ke rumah Aneta, dan mereka mengatur untuk membahas hubungan Roni dan Aneta dengan keluarga besar mereka. Meski kebahagian itu telah ada, namun masih ada gesekan-gesekan kecil diantara mereka. Dari pihak keluarga Roni, saudara-sadaura perempuannya tidak mau Roni menikahi Aneta, sebab mereka menganggap anak Aneta bukanlah anak Roni, pasti itu dari laki-laki lain. Apalagi wajah anaknya berbeda jauh dari wajah Roni. Roni berkulit hitam, hidung pesek, sebalinya Roni kecil hidungnya macung dan berkulit terang.
Namun, cintanya yang begitu besar terhadap Aneta, Roni ingin mengiklaskan semua itu, entah si bocah itu anak kandungnya atau bukan, rasa cintanya kepada Aneta tidak bisa dipisahkan. Jika, memang Aneta pernah bersalah biarlah itu masa lalunya. Roni tetap menyayangi Aneta.
Karena terus di desak oleh keluarga besar Roni, akhirnya mereka pun urusan mengenai status anak tersebut dan hubungan keduanya. Hari senin pagi, tepatnya pukul 09.00 WIT, semua berkumpul di Balai Desa yang dipimpin langsung oleh kepala desa dan kepala kampung, di hadiri pula oleh sejumlah warga kampung termasuk para Mananwir Keret dari kedua belah pihak.
Suasana begitu tegang ketika mereka saling melontarkan tuduhan, makian, hinaan satu sama lain. Baik dari pihak Aneta dan Roni tersulut emosi, sampai-sampai hampir saja kursi dan meja melayang. Mananwir keret dari kedua belah pihak meredam suasana. Sekarang pihak Roni meminta kejujuran dari Aneta, sang janda, ia harus menjelaskan secara detail apakah anaknya itu adalah anak Roni atau anak dari pria lain. Mengingat sudah bertahun-tahun lamanya Aneta dan Roni tidak bersama. “Itu Roni pu anak, bukan orang lain pu anak! Gara-gara sagu Kyum yang sa kasih Roni makan di awal tong dua pu pertemuan itu yang bikin sampe anak ini ada. Jadi, kam kalo tidak tahu apa yang sa alami dari awal sampe sekarang ini. Kam tidak usah bicara banyak. Karena Roni itu sapu cinta mati. Selama lima tahun sa tunggu dia dengan setia. Jadi kam ingat itu!” Tegas Aneta dengan mata berkaca-kaca.
“Kalo itu memang Roni pu anak.. nanti depu muka itu sama dengan Roni, nanti de hitam. Anak ini depu muka lain, de tidak hitam tapi putih beda dengan Roni, jadi ko lebih baik jujur saja, tidak usah sembunyikan kopu keburukan. Jujur itu itu sakit kah”. Kata saudara perempuan Roni yang dengan lantang membantah Aneta. Dari pihak keluarga Roni terus menyudutkan Aneta dan tidak yakin dengan anak tersebut bahwa ia bukanlah anak Roni. Tidak ada titik temu, akhirnya mereka menghadirkan seorang tetuah adat di kampung, ia sudah sangat tua namun ia adalah sosok yang dihormati di kampung karena kehebatannya dalam memecah kasus-kasus rumit yang terjadi dalam keluarga maupun perkara serius lainnya.
Kepala Desa angkat bicara: “Sudah…daripada tidak ada jalan keluar, kam pergi panggil Mansar Robert kemari, biar de lagi bantu urus masalah ini”. Mansar Robert pun dibawa ke balai desa, setibanya disana, Mansar meminta segelas air untuk membasahi lehernya yang kering, sambil mengunyah permen kopiko, kesukaannya. Perlu dijelaskan disini bahwa Mansar Robert ini merupakan teman akrab dari kakenya Roni yang bernama Mansar Sefnat. Mansar Sefnat dan Mansar Robert berteman akrab sejak keduanya masih kecil hingga dewasa, sayangnya Mansar Sefnat harus berpulang lebih dulu tanpa melihat cucu-cicitnya. Jadi, Roni dan saudara-saudaranya tidak pernah melihat wajah atau rupa dari kakek mereka itu.
Mansar Robert menekuk segelas air, kemudian ia meminta untuk diceritakan duduk perkara dari masalah tersebut. Setelah mendengar semua informasi dari kedua belah pihak. Mansar Robert pun berkata: “Baru anak kecil itu ada dimana, kam pergi cari dia bawa de kemari?”. Ibunya Aneta segera berlari dan mencari anak kesayangannya itu di pantai. Ia pun membawa anak itu di hadapan masar Robert. Ketika melihat si bocah, Mansar Robert pun menangis sekuat-kuatnya. Orang-orang di dalam ruangan kaget dan heran, mengapa Mansar Robert bisa menangis sekuat itu. Semuanya tertegun bingung dan diam!
Mansar Robert pun berdiri dengan tongkatnya, ia mulai angkat suara: “Sa kasitahu untuk kam semua dengar, kenapa sampe sa bisa menangis, karena sa ingat sapu teman karib Mansar Sefnat dia. Tong dua hidup sama-sama dari kecil, sampe besar. Mansar Sefnat itu laki-laki yang paling ganteng sudah di kampung ini. De putih, depu hidung mancung, dan de paling bagus sudah. Jadi, depu cucu buyut kecil ini yang ikut persis depu muka. Mansar Sefnat depu anak-anak sampe depu cucu trada yang ikut dia pu muka. Tapi, hari ini sa lihat dengan sapu mata kepala sendiri depu cicit ini persis sama seperti dia.”
Untuk meyakinkan kedua belah pihak yang hadir, Mansar Robert pun mengeluarkan foto usang semasa kecil bersama Mansar Sefnat, dan ia menunjukan kepada semua orang yang hadir. Mereka pun sangat kaget ternyata muka Mansar Sefnat sangat persis seperti anaknya Aneta. Ketika itu, suasana menjadi damai. Semua tidak ada yang saling melemparkan tuduhan. Jelas-jelas itu adalah anak Roni, yang memang mukanya sangat mirip kakeknya Roni, Mansar Sefnat.
Hari itu, kedua belah pihak saling berdamai, Aneta memandang Roni dengan senyuman yang hangat. Keduanya menangis dan saling memeluk, dan hidup bersama. Roni pun memutuskan untuk menikah secara resmi dengan Aneta kemudian keluarga kecil itu pun kembali ke Timika, karena Roni merupakan seorang karyawan PT. FREEPORT. Fince yang merupakan mantan pacar Roni yang diceritakan di awal kisah ini, kini telah kembali ke suaminya dan keduanya pun hidup bersama dengan bahagia. Sekian!!
Dari kisah singkat ini ada sesuatu yang dapat dipetik, bahwa hubungan cinta itu harus saling percaya, saling memahami dan berikrar sehidup semati.
Posting Komentar untuk "Kisah Cinta Penuh Drama: Roni deng Aneta Pu Kisah Cinta"