Rippos Marar Bioata Laut yang Lesat
![]() |
Sumber foto: Facebook Yerry Korwa, 2019 |
PADA abad ke-19, biota laut ini sudah dicatat oleh para ahli zoologi yang disebut Sipunculus nudus atau Peanut worms dalam bahasa Inggris. Sipunculus nudus ini dilukis Corsi, Jean Gabriel Pretre dalam buku Dizionario delle Scienze Naturali karya Antoine Laurent de Jussieu dan Dictionary of Natural Science, Florence, Italia, 1837.
Suku Biak, dari teluk Saireri Papua, memiliki tradisi mencari sejenis biota laut yakni cacing laut atau cacing kacang, dimana ini menjadi santapan lesat yang disajikan selain ikan. Orang Biak Numfor menyebutnya RIP POS atau juga RIP MARAR (Sipunculus nudus). Kata RIP POS, RIP MARAR merujuk pada kata dasar RIP. Dalam bahasa Biak kata RIP jika diterjemahkan secara harfiah dalam bahasa Indonesia berarti kulit yang keras. Dikarenakan bentuk RIP seperti kulit atau karet.
Menurut salah satu penutur, Ibu Martince Ronsumbre yang sering mencari rip, mengatakan bahwa terdapat dua jenis rip yaitu rip perempuan dan rip laki-laki yang memiliki perpedaan pada bentuk, seperti dalam foto di atas adalah rip bin (rip perempuan). Sedangkan rip laki-laki biasanya kulitnya ini cukup licin, halus dan bentuknya bulat dan kulitnya kemerahan.
Pengertian RIP POS atau RIP MARAR merupakan istilah penamaan dari proses atau cara mencari RIP tersebut yang diistilahkan pos atau marar yang berarti tumpukan pasir dan tali-tali jaring pengikat yang terlihat diatas tumpukan pasir tersebut, yang sering disebut pos atau marar. Ini seperti sebuah jaring laba-laba yang terentang dan menutupi pasir yang berasal dari akar-akar rumput laut. Tampaknya rumah ini telah dirancang sendiri oleh RIP.
Pada saat air surut atau meti kering, biasanya pos atau marar (rumah) tempat RIP berada akan nampak ke permukaan. Nah, kalau kita menemukan rumahnya itu kita hanya menggali atau membongkar rumahnya. Biasanya, RIP akan bersembunyi dalam pasir. Mereka yang suka mencari rip akan menggunakan adaf (kayu runcing) atau akif (sejenis alat besi) yang digunakan untuk menggali atau mencungkil lubang tempat RIP berada. Pada masa lalu rip akan di olah secara tradisional yaitu melalui pengasapan. Orang Biak menyebutnya Sasap atau Dasap, dicampur bumbu kemudian diasap dan siap untuk menjadi menu istimewa keluarga.
Rip atau cacing laut ini sebenarnya merupakan makanan zaman dulu manusia. Selain di Papua, rip ini juga dikonsumsi oleh suku-suku lain di Nusantara seperti di Maluku bahkan di Filipina masyarakat disana juga mengkonsumsi RIP. Sebagai catatan tambahan pengetahuan bahwa Bahasa Wondama (Papua) menyebutnya Ripui, Orang Sapurua, Siri Sori (Maluku) menyebutnya Sia-Sia, yang biasanya dimakan mentah. Orang Filipina menyebutnya Salpo.
Posting Komentar untuk "Rippos Marar Bioata Laut yang Lesat "