Mengamati Rasi Bintang Biduk dalam Pandangan Suku Biak
![]() |
Photo by Nick Owuor (astro.nic.portraits) on Unsplash |
MAKSRAI
ANDA berada di laut lepas di malam yang sunyi, deruan ombak terdengar di malam yang pekat dan begitu menakutkan. Tidak ada teknologi canggih seperti alat navigasi GPS ataupun Kompas yang bisa menjadikan penunjuk arah untuk pulang sampai ke tujuan. Setidaknya, anda harus mengetahui cara tradisional dengan cara membaca petunjuk bintang.
Itulah yang dilakukan orang Papua yang berasal dari teluk Cenderawasih, masyarakat Papua dari suku Biak memiliki pengetahuan lokal secara turun temurun mulai dari pengetahuan botani, pengetahuan arsitektur tradisional dan pengetahuan astronomi ilmu perbintangan yang mereka pelajari dari alam. Pengetahuan lokal mereka tentang ilmu perbintangan atau astronomi kuno sangat fantastis, mereka mempelajari kondisi alam dengan sangat baik sehingga dari alam mereka bisa mengetahui berbagai hal yang berkaitan mengenai cuaca, bulan, bintang, matahari dan fenomena alam. Orang Papua dari pesisir teluk Cenderawasih seperti suku Biak misalnya mengentahui berbagai rasi bintang yang mereka sebut dalam bahasa lokal mereka.
Salah satu rasi bintang yang dipelajari oleh suku Biak dalam melakukan pelayaran adalah rasi bintang yang dalam bahasa Biak disebut "Saraiknam" atau "Maksrai". Saraiknam atau Maksrai merupakan salah satu konstelasi Bintang yang dikenal Suku Biak pada zaman lampau dalam melakukan berbagai pelayaran bahkan di malam hari. Seorang astronom Biak tempo dulu, biasanya mengamati bentuk dari rasi bintang ini menyerupai daun pohon kelapa. Sehingga mereka menyebutnya sraiknam atau maksrai. Secara harfiah Sraiknam berarti pohon kelapa dan maksrai berarti bintang kelapa. Feuilletau de Bryun adalah orang Eropa pertama yang mempelajari astronomi suku Biak, sehingga dalam bukunya Schouten- en Padaido-eilanden (Mededeelingen Encyclopaedisch Bureau 21). Batavia, 1920 ia mencatat sekitar 20 nama-nama rasi bintang dalam bahasa Biak. Salah satu rasi bintang yang dicatat oleh de Bryun adalah rasi bintang "Sraiknam" (Groote Beer) atau yang disebut "Maksrai".
SEBAGAI PENUNJUK ARAH UTARA
Penanggalan bahasa Biak untuk perhitungan bulan ada disebut pula Paik Sarmuri. Bulan Sarmuri disebut juga dengan istiah "Mak Mawa" Sarmuri atau Mak Mawa ini dikaitkan dengan bintang tujuh. Dalam rasi bintang biduk (Maksrai) disebut juga bintang tujuh, karena terdiri dari tujuh bintang. Apakah ada hubungan antara Maksrai dan Makmawa (Sarmuri)? Sejauh ini penulis belum keterangan lebih jauh antara rasi bintang tersebut dan bulan Sarmuri.
Maksrai merupakan penunjuk arah utara, pelaut-pelaut Biak di zaman dulu menggunakan Maksrai sebagai penunjuk yang efisien dalam melakukan berbagai pelayaran selain menggunakan rasi bintang Romanggwandi dan Sawakoi. Selain, bintang Maksrai, ada juga bintang-bintang lainnya yang dipakai untuk berlayar, mencari ikan, berkebun, dan fungsi lainnya. Dalam pertanian di masa lampau orang Biak juga menggunakan penunjuk bintang maupun benda-benda langit dalam bercocok tanam. Agar ladang bisa menghasilkan tumbuhan yang berlimpah perhitungan musim juga penting. Seperti telah disebutkan di atas bintang Swakoi (Sawakoi) dipakai oleh suku Biak untuk berladang. Drs. Lamech Ap mencatat bahwa bintang Swakoi atau yang dikenal sebagai orion ketika hilang dari pandangan, para petani jaman dulu akan menanam beberapa jenis bibit atau tumbuhan apa yang membawa hasil baik.
Jadi, fungsi dari rasi bintang atau benda langit di zaman dulu sangat penting dalam melangsungkan kehidupan masyarakat Biak Numfor. Tentu pengetahuan ini memberikan pemahaman kepada kita di abad ke-21 bahwa masyarakat pada zaman dulu memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam mengenal dunia astronomi ilmu perbintangan. Di masa kini, generasi suku Biak tidak lagi menggunakan penunjuk bintang layaknya masyarakat Biak di masa lampau. Apalagi teknologi masa kini yang semakin maju, telah membuat banyak orang tidak lagi mempelajari ilmu bintang. Berbagai aspek pengetahuan orang Biak mulai dari bahasa daerah, kesenian, arsitektur tradisional, teknologi perkapalan zaman dulu, seni tarik suara dan pengetahuan lainnya mengalami kemunduran. Sebut saja tentang bahasa, sudah banyak kaum muda atau anak-anak remaja orang Biak yang tidak lagi berbicara bahasa Biak dalam percakapan sehari-hari. Banyak sekali istilah-istilah bahasa Biak kuno yang hilang digerus waktu. Istilah-istilah penamaan seperti nama-nama rasi bintang tidak lagi dikuasai oleh masyarakat di masa kini.
Kita sangat bersyukur kepada penulis-penulis orang Eropa yang telah berjuang mendata, menulis, dan mengumpulkan berbagai benda-benda budaya dan mencatat ilmu pengetahuan tradisional orang Biak. Dari banyak data-data lama yang ada semua itu dirintis oleh orang Eropa seperti orang Belanda, Inggris, Prancis, dan Jerman. Dari catatan merekalah kita bisa membaca sepak terjang suku Biak dalam berbagai hal di negeri Papua.

Pengetahuan astronomi berkaitan dengan binatang tidak hanya dimiliki oleh suku Biak saja, akan tetapi suku-suku lain di Papua dan secara umum di dunia juga mengenal bentuk Rasi bintang ini dengan sebutan mereka sendiri misalnya, ada yang menyebutnya rasi bintang Beruang Besar, Rasi Bintang Biduk, Ursa Mayor dan sebutan lainnya. "Di Cina, Jepang, dan Korea, Bintang Biduk dianggap sebagai sendok".
Orang Papua telah memanfaatkan berbagai benda-benda langit sebagai kompas atau penunjuk arah ketika melakukan pelayaran jauh ke berbagai wilayah yang bisa memakan waktu berbulan-bulan lamanya. Tanpa bantuan alam sekitar mustahil pelayaran besar dilakukan. Pengetahuan Astronomi dan Pelayaran Suku Biak tidak terlepas dari ilmu perbintangan orang Biak yang telah dipelajarinya selama berabad-abad. Artikel singkat ini tidak membahas secara mendetail dunia astronomi suku Biak. Bagi teman-teman yang ingin mempelajari lebih dalam bisa melakukan riset dan mencari informasi melalui berbagai litaratur maupun buku-buku yang membahas tentang ilmu perbintangan. Ada banyak kisah-kisah epik orang Papua yang belum didokumentasikan dengan baik, semoga pengetahuan tradisional bisa terus diangkat dan dipelajari oleh masyarakat Papua dan terkhusus lagi bagi masyarakat Biak Numfor.
Posting Komentar untuk "Mengamati Rasi Bintang Biduk dalam Pandangan Suku Biak "