Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bunga Hitamku

 

(Pampen Manggapaisem Yeja)

Kesepian melanda hidupku, ku menjadi seorang diri tanpa penolong, Semerbak harum warna bunga-bunga diteras halamanku, semua itu berbaris bagai kawanan Mamprip. Manggupre terus melontarkan kata-kata gurawannya. Celaan kudapati dari kawanan Mansinem.

Manswar yang juga disebut Kasuari terus memandangku dari kejahuan. Aku terus seorang diri, kuberjalan mengitari halaman rumahku terlihat wajah manis yang terus memandang diriku, kudekati, kudekati lagi. Kehitam-hitamannya terus meluluhkan jiwaku. Warna hitamnya terus mengusik retina mataku. Pikiranku terkapar tak berdaya karena keanggunan corak bunga itu.

Bunga ini telah menjadi penenang jiwaku. Setiap hari harus melihatnya tersenyum, namun dibalik kehitamannya tersimpan tangisan karena diriku. Aku terus memetik Mahkotanya, melukai kelopaknya. Kehitamnya mulai terkikis, warna alamiahnya mulai memudar karena keangkuhanku. Dia tersakiti karena diriku, semangat keindahannya jatuh tak berdaya, senyumnya hilang karena cubitan nakal.
Sosok yang dia dambakan telah menjadi rasa sakitnya.
Maaf ku membuatmu terluka Bunga Hitamku.

Posting Komentar untuk " Bunga Hitamku "