Sejarah Pulau Mananswari dan Mansinam
![]() |
Lukisan pulau Mansinam dan Nusmapi tahun 1775 |
MANANSWARI PULAU BERSEJARAH
PULAU MANANSWARI (Manaswari) yang kini lebih dikenal sebagai pulau Mansinam merupakan salah satu pulau yang menyimpan peristiwa bersejarah orang Papua di tanah Doreri, Manokwari. Banyak orang meyakini pulau tersebut menjadi titik awal mula peradaban orang Papua dalam mengenal pendidikan dan agama Kristen yang diawali tahun 1855.
Sejarah asal muasal nama pulau Mansnanswari penting ditelusuri asal muasal dan bagaimana nama ini bisa berubah sering berlalunya waktu. Jika di masa kini, kita menyebut nama Mananswari mungkin kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Namun, ketika kita menyebut pulau Mansinam, banyak orang lebih mengenal nama tersebut.
Asal Muasal Nama Mananswari
Menurut catatan Dr. F. C. Kamma, Mananswari berkaitan erat dengan hadirnya orang Numfor di pulau tersebut. Dua leluhur disebut bernama Sawari Rumfabe dan Bari Rumbruren. Sawari dan Bari melakukan kontak mula-mula dengan penduduk pedalaman, dan melalui komunikasi yang panjang, kedua Manbri tersebut berjanji untuk menghabisi manusia macan yang membahayakan penduduk pedalaman. Sawari, Bari dan orang-orangnya kemudian berdiam di pulau Manansawari yang artinya “tempat datangnya Sawari”. (Kamma, Jilid 1, 1981:73-74)
![]() |
Lukisan Pulau Mansinam (Sumber: Van een kleinen papoea, 1923) |
Dari keterangan versi tersebut nama Manansawari (Manaswari) berasal dari nama leluhur Sawari Rumfabe yang secara etimologis berasal dari bahasa Numfor (Biak) yakni dari kata “Man” dan “Sawari”. Man berarti laki-laki/pria dan Sawari merujuk pada nama leluhur keret Rumfabe. Menurut keterangan J. L dan F. J. F van Hasselt dalam kamus bahasa Numfor Belanda (1947:211), disebutkan bahwa Sawari merupakan seorang Mon atau dukun dari keret Rumfabe. Karena ini merupakan sebuah kisah tutur sehingga tidak ada penanggalan tahun kapan Sawari Rumfabe dan Bari Rumbruren masuk ke pulau Mananswari. Namun, catatan-catatan tua dari para penjelajah Eropa bisa memberikan kita gambaran singkat tentang nama tersebut.
Catatan lain dalam buku Nieuw Guinea, Ethnographisch en Natuurkundig Onderzocht en Beschreven in 1858 (1862) menjelaskan bahwa Manaswari artinya “pulau pasir putih” tanpa menjelaskan secara detil etimologi asal katanya. Selain itu, ada versi lain yang berkembang bahwa Mananswari berarti mulut burung. Versi-versi tersebut mungkin sebaiknya ditelusuri lebih dalam lagi melalui sumber lisan dari keret atau marga di teluk Doreri.
Kontak orang Doreri dengan orang Eropa dapat terlihat pada tahun 1705 ketika Jacob Weyland mengunjungi Manokwari. Ketika Weyland di sana nama Mananswari sudah ada. Sehingga ia menamakan “Manansawari Branderseiland”.
Hampir 70 tahun berlalu, datang seorang navigator skotlandia Thomas Forrest pada 1775. Dalam bukunya Forrest mencatat nama “Island Manswary” (Pulau Manaswari). Thomas juga menjuluki pulau Mananswari dengan sebutan “Long Island” atau Pulau Panjang. Selama tinggal di pulau Mananswari sejak hari Jumat, 10 – 15 Februari 1775, ia mencatat berbagai kisah perjalanan mereka selama tinggal di sana.
Sir John Hayes juga menyinggahi Doreri pada 1793 dan sempat tinggal selama beberapa bulan di sana. Menurut catatan Kolonel Haga (1886) rombongan John Hayes sempat menyinggahi pulau tersebut. Dan, di Doreri inilah para kru John Hayes mengalami masalah berat dengan penduduk lokal. Untuk kisah John Hayes dan rombongannya dapat dibaca disini: "Ketika Tentara Inggris Asal India Menjadi Tawanan Orang Papua".
Dari Mananswari Menjadi Mansinam
Nama Mansinam awalnya merupakan nama yang merujuk pada pulau kecil yang kini dikenal bernama Raimuti, pulau yang letaknya di laut Arfai (Anday). Sebenarnya, nama Raimuti sendiri bukanlah nama bahasa Biak melainkan nama yang berasal dari bahasa Belanda "Lijmuti" yang artinya "menempel sebab pulau Raimuti ketika zaman zending sangat dekat dengan daratan dan terlihat sepertinya menempel atau bersandar di Tanah Besar". (dikutip dari FB Hans Wanma, 28/09/2022)
Konon, terjadi suatu angin ribut yang menghatam pulau tersebut sehingga diberi nama Mansinam Bemuk atau “Mansinam yang putus”. Konon, Keret Rumsayor yang menempati pulau tersebut. “Pada waktu orang Rumsayor kemudian menetap di pulau Manansawari, mereka menamakan tempat tinggal mereka Mansinam”. (Lihat Kamma, Jilid 1:1981:77)
Menurut catatan Forrest (1779:102), terdapat pelabuhan lain disebelah selatan dari Doreh bernama "Mansingham". Tidak ada keterangan oleh Forrest apakah pada tahun 1775 sudah ada nama Mansinam di pulau Mananswari atau belum.
Jadi, pada waktu itu pulau Mananswari belum disebut sebagai pulau Mansinam, mansinam hanya dipakai sebagai nama kampung keret Rumsayor di pulau Mananswari ketika berpindah dari pulau Mansinam (kini Raimuti). Ini cocok dengan catatan para penulis Eropa. Milsanya, F. S. A. de Clercq mencatat bahwa: “Di pulau Manasbari terdapat tiga kampung lagi, Mansinam, Insaraundibo dan Nubabo, kampung terakhir yang paling timur, totalnya terdapat lebih dari 30 rumah, banyak di antaranya berada di lantai dasar di samping bangunan milik misi, dikelilingi oleh kelapa. palem, beberapa pohon buah-buahan dan perkebunan kecil.” (De Clercq, 1893:114).
Artikel ini akan terus diupdate sehingga menambah referensi bagi para pembaca. Jika, ada beberapa informasi penting yang mungkin para pembaca tahu bisa memberikan masukan sehingga artikel ini memiliki banyak informasi terkait pulau Mananswari.
Posting Komentar untuk "Sejarah Pulau Mananswari dan Mansinam"